top of page
Chandra Kuntjoro-Jakti

Mengembalikan Keseimbangan Melalui Gerak


Selasa 26 Maret 2019 adalah hari kedua BaliSpirit Festival 2019 dan hari terakhir saya datang karena keesokan harinya saya sudah harus kembali ke Jakarta. Dari malam sebelumnya saya sudah menyalakan alarm agar besok paginya tidak terlambat bangun karena saya ingin ikut kelas Kundalini Tantra oleh Pak Ketut Arsana.


Saya sudah pernah bertemu Pak Ketut di Jakarta di acara pembukaan suatu studio yoga, tetapi pada saat itu dia hanya memandu sesi meditasi. Saya cukup penasaran dengan kelasnya yang dinamakan Kundalini Tantra ini karena yang saya dengar berbeda dengan kelas Kundalini Yoga yang sudah pernah saya coba beberapa kali.


Sampai di area Amphitheatre di Bali Purnati, tempat BSF diadakan, kelasnya sudah penuh padahal saya tiba tepat jam 8 pagi. Tetapi ternyata ada tempat kosong di paling depan samping, jadi sayapun mengggelar matras disitu lalu duduk sambil mengamati sekeliling. Para peserta tidak berhenti datang dan kamipun mulai menggeser-geser yoga mat agar yang baru datang bisa kebagian tempat.


Kelas dimulai dengan Pak Ketut menerangkan kenapa dia menamakan kelasnya Kundalini Tantra dan bahwa tantra disini bukanlah tantra yang sering diasosiakan dengan sex seperti yang mungkin orang-orang di luar Indonesia tahu. Yang dimaksud tantra adalah oneness atau kesatuan antara kita dengan segala hal di sekeliling kita, manusia, binatang, dan alam. Kundalini adalah energi yang digambarkan sebagai ular yang ada di dasar tulang punggung. Energi ini jika bangun dapat digunakan untuk berbagai hal yang positif seperti memanisfesi cita-cita, tetapi tentu saja ada latihan-latihan yang harus dikerjakan dan disinilah Kundalini Tantra Yoga yang diajarkan oleh Pak Ketut bisa kita gunakan.



Gerakan-gerakan yoga yang diberikan oleh Pak Ketut bisa dikatakan cukup sederhana, tetapi ternyata membuat berkeringat. Sesekali kami tertawa-tawa mendengar komentarnya yang nyeleneh dan lucu tetapi penuh dengan pesan-pesan bijaksana.




Tanpa terasa kami memasuki bagian akhir sesi dan kamipun diberikan yoga asana untuk pendinginan tubuh Savasana. Saya rasanya sudah tidak peduli lagi dengan waktu, yang saya rasakan hanyalah nyaman di tubuh dan ringan di hati. Di tengah-tengah Savasana Pak Ketut mendatangi kami satu per satu dan memijit leher kami. Sayapun masuk ke dalam Savasana dengan lebih dalam lagi.


Ketika bangun saya rasanya segar sekali dan siap untuk mengeksplorasi BaliSpirit Festival lagi. Saya ingat bahwa saya sempat berpikir, “inilah kelas yoga yang seharusnya, begitu selesai tubuh rasanya segar dan pikiran juga cerah.” Sebelum meninggalkan area amphitheatre tidak lupa saya berfoto dengan Pak Ketut 😊


Terima kasih BaliSpirit Festival selalu dengan konsisten menghadirkan festival yang tidak hanya seru, tetapi juga membuat hati bahagia.Sampai bertemu di BaliSpirit Festival tahun depan!

コメント


bottom of page