top of page
Chandra Kuntjoro-Jakti

Mengembalikan Keseimbangan Melalui Air



Sesuai dengan tema BaliSpirit Festival (BSF) tahun ini yaitu Restore the Balance, sayapun datang ke festival tersebut untuk mengembalikan keseimbangan diri. Berbagai kesibukan yang saya jalani mulai dari mengajar, menyiapkan materi kelas sampai mengurus hal-hal administrasi, membuat saya merasa seperti dikejar-kejar waktu. Tentu saja saya tetap bersyukur dan bahagia dengan pekerjaan saya yang sekarang karena sesuai dengan passion saya, tetapi kadang saya ingin juga melakukan hal-hal yang membuat saya rileks dan idealnya tidak di Jakarta (hehehe...).


Dari bulan Januari saya sudah mengecek kelas-kelas apa saja yang ditawarkan di BSF dan siapa saja pengajarnya. Yang saya senang dari BSF adalah saya bisa mencoba kelas-kelas yang belum pernah saya coba sebelumnya; kadang karena tidak ada di Jakarta, dan bisa juga karena memang belum jodoh saja. Dari semua yang ditawarkan ada beberapa yang saya tertarik dan sudah saya niatkan baik-baik untuk ikut (bahkan sudah saya catat di buku agenda) karena tahun ini saya hanya bisa datang di dua hari pertama.


Fast forward ke hari pertama BaliSpirit Festival, Senin 25 Maret 2019. Dari hotel saya sudah siap memakai baju berenang karena jam 9 pagi saya akan ikut kelas Wataflow oleh Oceano. Ini adalah kelas watsu healing yang dilakukan di dalam kolam renang. Sejak pertama kali saya datang ke BSF tahun 2011 saya sudah penasaran dengan kelas ini, tetapi ada saja kondisi (dan tentu saja alasan) yang membuat saya akhirnya belum pernah mencoba sesi ini sampai sekarang. Jadi saya tentunya kali ini sangat excited.



Kelas dibuka dengan Oceano menerangkan sejarah mengapa dia tertarik dengan watsu healing ini, dan segala sesuatu yang dia ceritakan sangat beresonansi dengan saya karena dari kecil saya juga merasa bahwa air adalah media yang dapat membuat saya semangat saat saya bahagia dan menenangkan saat saya sedih. Selanjutnya Oceano menerangkan apa yang akan kami lakukan selama sesi tersebut dan apa yang mungkin dapat terjadi. Kadang ada orang yang malah menjadi takut, tapi banyak juga tentunya yang merasa lega dan bahagia. Jadi kami diberitahu untuk tidak mengharapkan apa-apa, let it flow, biarkan semuanya mengalir bagaikan air.



Kemudian kami masuk ke kolam renang dan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang isinya 3 orang. Sebelum kami mencoba wataflow ini Oceano mendemonstrasikan wataflow ke asistennya dari mulai yang basic sampai ke tingkat intermediate. Menyenangkan sekali menonton demo ini karena terlihat dengan jelas betapa si asisten semakin lama semakin rileks. Menurut Oceano yang kami harus lakukan hanyalah mengikuti alur air.


Giliran kami mencoba tiba. Kami bergantian mencoba menjadi penerima (satu orang) dan pemandu (dua orang). Satu orang yang menjadi pemandu bertugas memegang kedua kaki si penerima, dan satu lagi memegang bahu dan kepala. Karena giliran pertama saya bertugas memegang bahu dan kepala saya diajarkan cara agar kepala si penerima bisa menyandar dengan rileks di lengan atas saya. Kami juga diajarkan cara berdiri yang betul agar dapat mantap menjadi pemandu.


Pengalaman saya belajar menjadi pemandu maupun penerima sangatlah menyenangkan dan luar biasa. Saya mendapatkan pencerahan baru dan rasa bahagia yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa sesi yang sebentar itu bisa mengeluarkan ingatan dari alam bawah sadar saya yang sangat membantu proses hidup saya.

Setelah selesai kamipun duduk dalam lingkaran dan masing-masing menyebutkan satu kata yang menggambarkan sesi tersebut. Dengan sesi sharing ini saya rasanya bahagia karena ada support dari orang-orang lain. Kadang saya suka lupa bahwa kita semua menjalani proses yang sama yaitu menjadi lebih baik, walaupun memang jalannya berbeda-beda.



Terima kasih sudah membaca kisah saya, dan nantikan laporan saya yang kedua minggu depan!

Comments


bottom of page