top of page
Chandra Kuntjoro-Jakti

Makna Mendalam Dari Memakai Alat Bantu Saat Latihan Yoga


Jika kamu pernah ikut kelas yoga saya di masa pandemi ini, pasti tahu bahwa saya sangat menyarankan para peserta untuk memakai alat bantu. Jadi bukan hanya yoga mat saja yang kami pakai ketika latihan yoga, tetapi juga bantal, yoga blocks, dan selimut tipis. Kadang handuk yang menjadi alat lap keringat, juga dipakai sebagai tali jika tidak ada yoga strap. Bagi saya, tujuan yang paling penting pada saat latihan yoga adalah rasa tubuh yang nyaman dan napas yang teratur; jadi alat-alat bantu atau props penting sekali peranannya.


Yang menarik adalah ketika saya amati pemakaian alat bantu ini rasanya masih cukup baru di dunia yoga. Setidaknya bagi saya. Saya baru berkenalan dengan alat-alat bantu ini ketika saya mengikuti Yoga Teacher Training (YTT) yang kedua tahun 2016 di bawah bimbingan guru saya yang bernama Cat Kabira. Sebelum latihan yoga asana kami disarankan untuk menyiapkan berbagai alat-alat bantu di samping matras kami. Dan kami selalu diingatkan terus untuk tidak memaksakan diri dalam setiap latihan yoga asana yang setiap hari kami lakukan dua kali, yaitu pagi dan sore.


Saat itulah saya baru sadar bahwa selama ini saya sering tidak mendengarkan tubuh saya sepenuhnya ketika latihan asana. Saya selalu terpaku dengan mindset bahwa jika saya sudah menggelar matras yoga, maka saya harus berlatih yoga asana dengan maksimal. Padahal kadang ada saja hal-hal lain yang tentunya saya rasakan seperti lelah tubuh, stres pikiran, maupun sakit hati. Di YTT ini saya baru merasakan bahwa ada masanya saya ternyata hanya butuh berbaring di Savasana saja, sementara teman-teman yang lain berlatih asana. Di sini saya belajar untuk memberikan prioritas nomor satu terhadap kebutuhan diri saya, dan tidak merasa malu atau gengsi jika saya tidak mengikuti latihan pada hari itu. Apalagi Cat sangat mendorong kami untuk selalu mengecek kondisi dan situasi masing-masing dan memberikan kami space untuk melakukan apa yang kami butuhkan.


Sepulang dari YTT tersebut, saya langsung menyarankan murid-murid saya untuk membeli yoga blocks dan juga yoga strap karena yang saya rasakan adalah walaupun saya bertambah umur tapi latihan yoga asana saya menjadi sangat menyenangkan karena ada rasa aman. Sejak saat itu bisa dikatakan saya sudah tidak ingat lagi kapan terakhir badan saya terasa sakit akibat saya memaksakan diri untuk melakukan suatu asana.


Ketika tahun 2020 kita sedunia tiba-tiba dilanda pandemi, ternyata alat-alat bantu ini menyelamatkan saya untuk tetap meneruskan latihan yoga asana. Di awal pandemi saya sempat kaget dengan situasi yang mendadak harus tinggal di rumah padahal pekerjaan saya menuntut bertemu orang-orang dengan jadwal yang rutin. Semua kelas terpaksa diliburkan sampai batas waktu yang tidak jelas dan saya menjalani hari-hari di awal pandemi dengan nonton tv dan tidur-tiduran di sofa. Jika mau jujur, saya sebenarnya merasa hopeless karena tidak terbayang bagaimana harus mengajar yoga dalam situasi pandemi ini.


Akhirnya setelah tidak melakukan latihan body movements apapun selama sebulan, badan saya terasa sakit dimana-mana. Dan ketika saya mencoba kembali latihan asana, rasanya sakit yang lumayan menyiksa sampai akhirnya saya memakai beberapa bantal sebagai alat bantu. Untuk merebahkan tubuh dalam posisi Child’s Pose saja saya tidak sanggup karena hamstring saya kaku sekali. Akhirnya saya meletakkan dua buah bantal sebagai pengganjal tubuh saya dalam asana ini.


Ternyata begitu saya kembali ke rutinitas latihan asana ini, walaupun dengan props yang banyak, semangat saya untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan yoga kembali menyala. Saya jadi bergerak untuk membuat video-video yoga dan membuka kelas yoga online. Alat-alat bantu tentunya tetap saya pakai, malah perbendaharaannya jadi bertambah. Misalnya ketika bulan puasa kelas yoga tahunan saya yang berjudul Yoga Saat Puasa jadi berubah konsep sedikit karena dilakukan dengan duduk di bangku dan berbaring di matras. Saya juga jadi percaya diri untuk membuka kelas Yoga di Kursi untuk para lansia, karena semua gerakan jadi aman untuk lutut.



Setelah beberapa bulan saya rutin latihan asana dengan props, saya menyadari ada beberapa hal yang berubah dalam diri saya. Yang pertama adalah saya jadi tidak merasa gengsi lagi untuk meminta bantuan jika diperlukan. Selain itu saya juga jadi menerima diri saya seutuhnya. Jika sekarang ini saya harus melakukan Camel Pose dengan bantuan handuk sebagai pengganjal lutut, saya tidak lagi merasa hal ini sebagai kekurangan. Saya malah ada rasa senang karena bisa tetap melakukan pose ini dengan tetap menyayangi lutut saya. Saya jadi mengerti konsep self-love dengan makna yang lebih dalam. Yang ketiga adalah, saya akhirnya melepaskan rasa ingin sempurna pada saat latihan yoga asana. A perfect pose sudah tidak ada lagi di dalam kamus saya, dan digantikan oleh rasa ingin tahu terhadap setiap lapisan diri saya dan bagaimana caranya agar saya bisa merasa nyaman di saat ini, in this present moment. Dengan adanya rasa itu saya jadi semangat dalam eksplorasi diri saya sendiri, apakah itu melalui latihan yoga asana maupun meditasi.


Bagaimana dengan kamu? Jika kamu belum pernah latihan yoga dengan alat bantu, bisa mulai dicoba dan perhatikan berbagai rasa yang timbul di dirimu. Have a great time in your exploration and remember to always be gentle to yourself!



Commentaires


bottom of page